Senin, 01 September 2008

AIR MATAKU YA TUHAN, AIR MATAKU....

Semalam, saat aku melaksanakan jamaah Tarawih, tiba-tiba hujan turun tintik-rintik, terdengar di genting masjid kecil dimana aku mengimaminya. Selesai salat tarawih, dalam doa akhirnya aku sempat menangis sesenggukan, bukan karena aku cengeng-melankolis, tetapi, aku dengar dari lubuk batinku yang paling dalam, ratusan pohon jati dan sengon yang kutanam di kebun sekitar rumah dan ladang beberapa bulan yang lalu, sekian puluhnya mati kekeringan, tanpa mampu berhibernasi. Para tumbuh-tumbuhan itu hanya bisa menangis dan beriba kepada Allah dzat Yang Maha Mencipta, sementara aku sendiri sungguh tidak kuasa menyiram satu persatunya hingga sekian ratus batang karena sedang fokus networking K-link. Tetapi aku yaqin seyaqin-yaqinnya, bahkan haqqul yaqin bahwa Allah Maha Mendengar, dan pasti mendengar tangis pilu para pepohonan yang mati kekeringan itu, dan pasti pula Allah Maha Menjawab tangis pilu mereka.
Karena itu, dalam doaku untuk para pepohonanku, kusampaikan kepada mereka bahwa Allah telah menjawab rintih doa mereka dengan hujan yang turun semalam. Air mataku adalah hujan yang turun meyirami pepohonan kerontang itu ya Allah... air mataku adalah karuniaMu terbesar tadi malam untuk mereka...
Tadi pagi, selepas jamaah subuh dan aku baca Alqur'an sebentar, kemudian setelah sholat Dhuha, kubuka jendela kamarku, wauw, ada pemandangan yang bagiku sangat luar biasa.
Di halaman depan rumahku yang kutanami rumput Jepang berhampar, puluhan burung-burung
sriti beterbangan bebas rendah sekali, hampir menyentuh pagar hidup dedaunan puring.
Sayang sekali, aku tidak atau belum mengerti sama sekali bahasa para burung-burung, apa yang mereka cari di sela-sela pohon mangga bapang yang sudah berbuah rimbun dan pohon jambu air, yang mungkin lebaran besok sudah bisa dipetik.
Dengan gembiranya para burung-burung
sriti itu berhamburan dari mana datangnya aku tidak tahu, tetapi sungguh mereka gembira sekali, aku bisa merasakan dari kepak sayap-sayap mereka.
Saat aku berangkat ke kota melintasi petak sawah yang menghubungkan desaku dengan jalan raya sekitar 800 m jauhnya, kulihat langit sungguh ceraaaah sekali, nyaris tiada awan terlihat sedikitpun. Ke arah tenggara, aku masih melihat puncak gunung Lawu masih tepekur diam sebagaimana jutaan tahun yang lalu [mungkin], sedang ke arah barat daya, gunung kembar Merbabu-Merapi masih saja tegar tak tergoyahkan, di atas gunung Merbabu tampak tiga gumpalan mega yang merendah menyentuh puncaknya, sedang di puncak Merapi, masih terlihat gumpalan mega yang statis saja.
Alangkah indah pagi ini, di har ke-dua di bulan suci Ramadhan ini, aku merasa Tuhan telah mensucikan sebagian jiwaku yang kemarin-kemarin kotor oleh dosa-dosa yang hanya Allah saja yang tahu...
Selamat pagi ceria semua, para burung-burung sriti, para pepohonan jati dan sengon serta lainnya, sawah yang kian menghijau menungggu dua bulan lagi dipanen... dan akhirnya aku bersenandung "

.....
dalam kelembutan pagi, buana berseri, dibuai bayu dini hari, sejuk di hati.
Kusambut pagi sendiri, tanpamu "......",
namun tak kulupakan Dikau, satu denganku,
padamu angin ku bertanya, mungkinkah abadi,
bahagia ku ingin, kupasrah Ilahi... ju..ju..ju..ju..ju..ju...
Salam sejahtera bagi semua, happy in nice morning ya..

1 komentar:

dev mengatakan...

Website nya keren.sangat orisinal 1bagus.