Rabu, 30 April 2008

ANALOGI LIDI DAN SAPU LIDI

Dengan segenap kebijakan hati yang jernih, tentulah kita bisa membedakan antara sebatang lidi, dan seikat lidi yang bernama sapu lidi, ya siapapun tentu bisa.
Jujur saja, tanpa ingin mengkritik siapapun, tanpa ingin mencela siapapun, kutulis wacana ini sekadar kerinduan obsesif ke-tika melihat saudara-saudara kita terjerembab dalam PEMISKINAN KOLLOSAL STRUKTURAL, bukan kemiskinan, sekali lagi buka kemiskinan !.
Bangsa kita pun ikut-ikutan menjadi
BAHLUUUUUL, ingin mengentaskan kemiskinan, sebuah paradigma yang salah kaprah. Mestinya yang dientas (dikeluarkan dari...) itu kaum miskin, bukan dzat substansi kemiskinan. Karena itu, saya cuma usul saran, bagaimana jika term atau jargon pengentasan kemiskinan kita delete saja dari kamus ingatan kita, sebagai gantinya, ayo kita pakai saja PEMBERDAYAAN UMAT, biar yang miskin menjadi sejahtera meski masih dalam status miskin, yang sudah kecukupan kemudian memiliki kesadaran memberdayakan kaum miskin yang tadi, dan yang kaya tentu juga harus diberdayakan kekayaan dan mentalitas kayanya agar menularkan sifat positif kayanya demi memberadayakan sang miskin.
Lha wong Allah Sang Maha Segala Maha saja tidak mentaqdirkan semua hambaNya menjadi kaya, tapi yang saya tahu pasti dariNya, Dia adalah Dzat Yang Maha Adil meski membiarkan ada yang kaya dan ada yang miskin, itu maknanya agar ada pendistribusian aset dan equitas dari yang kaya ke yang miskin melalui langkah cerdas yang bernama zakat-infaq-shadaqah, bukan melenyapkan kaum miskin.
Ayo kaum miskin, bersama saya Abdul Jaliel Hawary [pelayan kaum marginal dan dimiskinkan], kita bersatu bagai bersatunya sapu, jangan bangga jadi lidi kapitalistis, materialistis, hedonisitis yang mudah dipatahkan dan dilenyapkan dari panggung zaman, ayo bergabung bersama kami meraih kebahagiaan hakiki,
Yakinlah Allahpasti Maha Melihat dan Mendengar jerit kita di hening malam dalam setiap tahajud kita, sukses dan wassalam.

Tidak ada komentar: